Jumat, 26 November 2010

PEMUDA PEMBANGUN NEGARA


Setelah melalui perjuangan yang cukup melelahkan serta pengorbanan yang menelan nyawa yang tak terhitung jumlahnya sampai saat ini. Sekitar 64 tahun sudah pekikan kemerdekan itu berlalu, namun apa yang ada dan kita saksikan sekarang masih jauh dari harapan para pendahulu kita. 

Kemerdekaan yang mestinya kita isi dengan pembangunan di segala bidang, malah melahirkan banyak koruptor yang tidak hanya membobol milyaran uang negara, bahkan triliunan. Belum lagi penyakit masyarakat yang sulit di berantas, seperti praktik prostitusi, pemakain obat-obatan terlarang dan pesta miras yang sudah menjadi menu yang dapat kita saksikan setiap harinya di layar kaca maupun di media cetak, terutama mereka masyarakat yang notabenenya adalah komunitas hedonis. Semua itu tak lepas dari lemahnya system yang ada di Negara kita tercinta ini. Di satu sisi, mungkin kita bisa berbangga karena mendapat kemajuan material yang luar biasa, berhasil memanfaatkan alam untuk kebutuhan masyarakat luas, membentuk manusia teknologi dan industri yang berkembang pesat.

 Namun di sisi lain, bangsa ini gagal membentuk hubungan antar manusia berdasarkan saling percaya, kesalehan dan pelayanan. Hubungan kemasyarakatan begitu rendah, pemerasan di bidang ekonomi merajalela dan ketegangan di bidang politik dari level yang paling bawah hingga level paling atas menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Tidak salah apabila di katakan, manusia berhasil mengendalikan alam, namun gagal mengendalikan dirinya sendiri.

Oleh karena itu, dalam membangun generasi bangsa, kita membutuhkan sistem pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan otak, namun juga mencerdaskan hati. Negara membutuhkan orang-orang yang tidak hanya mempunyaiotak encer/pinter, namun juga waras. Maka dari itu, tidak ada pilihan lain bagi pemerintah dalam rangka membangun generasi muda, kecuali pembangunan tersebut lebih diorientasikan pada pembangunan moral dan spiritual dengan memberikan komposisi yang propesional bagi ilmu-ilmu agama, terutama terhadap jenjang pendidikan yang berada di level-level atas. 

Penggunaan ilmu pengetahuan yang hanya bersifat logika harus dikekang dengan kendali moral dan keimanan, agar membawa manfaat bagi manusia sendiri, atau bisa dikatakan manusia selain harus pandai, juga harus berwatak. Komunitas dari dua pengetahuan ini akan melahirkan generasi yang dapat menbawa bangsa kita bangkit dari keterpurukan dan krisis yang melanda di segala bidang, terutamanya krisi moral dan kepercayaan.
Melakukan perubahan dengan cepat dan dimulai dari saat ini merupakan sebuah langkah tepat yang harus diambil oleh pemerintah, dengan pola pendidikan yang telah kami urai di atas. Karena bagaimana pun juga, generasi muda mempunyai peran vital dalam membangun Negara, merekalah kelak yang akan melanjutkan estafet kepemimipinan di negeri ini. Sebab bagimanapun kehadiran seorang pemuda di tengah-tengah kehidupan masyarakat, akan menghidupkan nilai-nilai perjuangan generasi terdahulu. Tentunya, apabila pemuda itu ikut andil dalam kegiatan yang sifatnya menyangkut kemaslahatan orang banyak. Hanya orang yang berwawasan dan amanahlah yang akan dapat mengemban tugas tersebut dengan baik. 

Jadi pada intinya, kehadiran pemuda tidak hanya sebagai pewaris atau perjuangan, melainkan pemuda itu mempunyai tanggung jawab untuk menyempurnakan dan mengisi kemerdekaan dengan sebaik mungkin. Oleh sebab itu, membangun pemuda sama dengan membangun Negara. Dengan demikian, partisipasi seorang pemuda mutlak dibutuhkan dalam rangka regenerasi dan mengisi kemerdekaan dengan sebaik mungkin.

Referensi

http://smanj.sch.id/index.php/majalah-misi/50-misi-13/175-opini-negara-ditangan-pemuda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar